PEDOMAN TRANLITERASI
Arab
|
Latin
|
Arab
|
Latin
|
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
|
b
t
s\
j
h}
kh
d
z\
r
z
s
sy
s}
d}
|
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ل
م
ن
و
ه
ي
ة
ال
|
t}
z}
‘
gh
f
q
l
m
n
w
h
y
ah ;at
al-
|
Vokal Pendek
|
Vokal Panjang
|
Diftong
|
|||
َ
ِ
ُ
|
a
i
u
|
َ ا
ِ ى
ُ و
|
a>
i>
u>
|
َ و
َ ى
ِ يّ
ُ وّ
|
aw
ay
iyy
uww
|
Singkatan :
HR :
Hadis Riwayat
QS :
al-Quran Surah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis sebagai sumber hukum Islam kedua tentu menjadi sangat penting untuk
dipelajari dan dipahami. Sebagaimana al-Quran, dalam memberikan pemahaman
kepada pembacanya sering menggunakan perumpamaan/tamsil, hadis juga menggunakan
tamsil dalam menyampaikan maksudnya. Ada beberapa hadis yang berbicara tentang
Muslim yang diberikan tamsil-tamsil, misalnya orang muslim diibaratkan dengan
seekor lebah, emas, sebuah bangunan dan pohon kurma. Hal ini merupakan sesuatu
yang menarik untuk dipelajari, kenapa Nabi saw. mengibaratkan seorang muslim
dengan hal-hal tersebut. Mengingat perumpamaan tersebut terlalu berlebihan jika
dibahas dalam sebuah makalah, maka untuk mengefisienkan pembahasan maka kami
hanya akan membahas hadis tentang “Perumpamaan Seorang Muslim itu Seperti Pohon
Kurma”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka kami merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Bagamana
kualitas sanad hadis tersebut?
2.
Bagamana
kualitas matan hadis tersebut?
3.
Bagaimana
kandungan dan kehujjahan hadis tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAKHRIJ, I’TIBAR, PENELITIAN SANAD DAN MATAN HADIS
1.
Takhrij
Hadis:
صحيح البخاري ٦١: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا
يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ
فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي
نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ
Shahih
Bukhari 61: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu
Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan
itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bertanya: "Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?" Maka para
sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah
berkata: "Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku
malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah,
pohon apakah itu?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Pohon kurma".[1]
Hadits ini
diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam shahihnya kitab Al ‘Ilmu, bab Qaulul Muhadis\ Hadas\ana>
no. 61.
صحيح مسلم ٧۲٧٦: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالُوا حَدَّثَنَا
إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ
أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ
الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ
ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَقَالَ هِيَ
النَّخْلَةُ قَالَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعُمَرَ قَالَ لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَ هِيَ
النَّخْلَةُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا
Shahih Muslim 7276: Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr As
Sa'di, teks milik Yahya, mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami Ismail
bin Ja'far telah mengkhabarkan kepadaku Abdullah bin Dinar ia mendengar
Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
" Sesungguhnya di antara pepohonan ada sebuah pohon yang daunnya tidak
gugur, itu seperti orang mu`min, katakan padaku pohon apa itu?" Abdullah
berkata: Orang-orang mengira pohon padang pasir sementara aku mengiranya pohon
kurma. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Ia pohon kurma"
tapi aku malu mengatakannya. Abdullah berkata: Aku beritahu Umar apa yang aku
kira lalu Umar berkata: Sungguh kau mengatakannya itu lebih aku sukai dari pada
aku memiliki ini dan ini.
Hadits ini
diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam shahihnya kitab S{afatul qiya>mah,
waljannah, wanna>r, bab Mas\alul
Mukminu ms\alul nakhlah no. 7276. [2]
2.
I’tibar
Sanad
Kata al-i’tibar (الإعتبر) merupakan masdar dari kata اعتبر . menurut bahasa, arti al-i’tibar
adalah “peninjauan terhaadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui
sesuatunya yang sejenis.
Menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti
menyertakan sanadsanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu
pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang saja dan dengan menyertakan
sanad-sanad yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
dimaksud.[3]
Untuk mempermudah proses i’tibar sanad, maka di bawah ini
digambarkan skema seluruh sanad pada kedua hadis tersebut:
Nabi Muhammad saw.
|
Isma’i<<>l bin Ja’far bin Abi Katsir
|
Abdullah bin Dinar, maula Ibnu ‘Umar
|
Abdullah bin ‘Umar bin Al Khat}t}ab bin Nufail
|
Yahya bin Ayyub
|
Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin T{arif bin Abdullah
|
Ali bin Hujr As Sa'di
|
IMAM BUKHARI
|
IMAM MUSLIM
|
3.
Penelitian
Sanad
Dalam penelitian kualitas para periwayat dan persambungan
sanad pada kedua hadis diatas kami akan menguraikannya masing-masing sebagai
berikut:
a.
Yahya bin
Ayyub
Nama lengkapnya adalah Yahya bin Ayyub, memiliki kunyah
Abu Zakariya, lahir tahun 157 H dan wafat tahun 234 H. Beliau menerima hadis
dari Isma’i>l bin Ja’far, Abdullah bin Muba>rok, Hasyim, Marwan bin
Mu’awiyah dan lain-lain. Sedangkan muridnya adalah Muslim, Abu Daud, Bukhari,
Nasa>i dan lain-lain. Abu H{a>tim menilainya s}adu>q. Ibnu hajar dan
adz-dzahabi menilainya s\iqah.[4]
b.
Ali bin
Hujr As Sa'di
Nama lengkapnya adalah Ali bin H{ujr bin Iya>s bin
Muqa>til bin Mukhadisy bin Musyamrij bin Khalid As Sa'di, memiliki kunyah
Abu Hasan, wafat 244 H. Beliau menerima hadis dari Isma’i>l bin Ja’far,
Isma’i>l bin ‘Aliah, Ibnu Muba>rak dan lain-lain. Sedangkan
murid-muridnya adalah Bukhari, Muslim, Tirmiz\i dan lain-lain. Ibnu H{ajar
menilainya s\iqah h{a>fiz}. Dan Az\ Z|a>habi menilainya h{a>fiz}.[5]
c. Qutaibah bin Sa’id
Nama
lengkapnya adalah Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin T{arif bin Abdullah memiliki
kunyah Abu Raja’, lahir tahun 150 H dan wafat tahun 240 H. Beliau menerima
hadis dari ‘Abdul waras\ bin Sa’id,
Jarir bin ‘Abdul Hamid, Isma’i>l bin Ja’far dan lain-lain. Sedangkan
muridnya atau orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya adalah Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Nasai dan lain-lain. Abu H{atim dan Nasai menilainya s\iqah, Ibnu Hajar
al-Asqalani menilainya s\iqah s\abat,[6]
d. Isma’i>l bin Ja’far
Nama lengkapnya adalah Isma’i>l bin Ja’far bin Abi Kas\ir,
dikenal dengan kunyah Abu Ishaq meninggal pada tahun 180 H. Beliau menerima
hadis dari Ja’far S{adiq, Hamid at}-T{awil, Abdullah bin Dina>r dan
lain-lain. Diantara muridnya adalah Yahya bin Yahya an-Naisaburi, Muhammad bin
Jahdham, Aburrabi’ az-Zaharani, Qutaibah bin Zanbur dan lain-lain. Ahmad bin
Hambal menilainya s\iqah dan Ibnu Hajar al-Asqalani menilainya s\iqah s\abat.[7]
e. Abdullah bin Dina>r, maula Ibnu ‘Umar
Nama lengkapnya
adalah Abdullah bin Dina>r, maula Ibnu ‘Umar memiliki kunyah Abu ‘Abdur
Rahman, beliau wafat tahun 127 H. Beliau mengambil hadis dari Umar bin Al Khat}t}ab,
Anas bin Malik, Sulaiman bin Yasar dan
lain-lain. Diantara muridnya yaitu Sulaiman bin Bilal, Isma’i>l bin Ja’far
dan Suhail bin Abi S{alih. Ahmad bin H{ambal, Abu H{atim dan Ibnu Hajar
al-Asqalani menilainya s\iqah[8]
f. Ibnu ‘Umar
Nama lengkapnya Abdullah bin ‘Umar bin Al Khat}t}ab bin
Nufail, beliau adalah sahabat Rasulullah saw., dikenal dengan kunyah Abu ‘Abdur
Rahman, wafat tahun 73 H. Murid-murud beliau diantaranya adalah ‘Usman, ‘Ali,
Bilal dan Abdullah bin Dina>r (pembantunya) dan lain-lain.[9]
4.
Kualitas
Hadis
Setelah meneliti sanad hadis diatas yaitu dengan melihat
komentar-komentar ulama terhadap para rawinya, maka kualitas hadis ini ditinjau
dari segi sanadnya adalah hadis s}ah}i>h}.
5.
Penelitian
Matan
Meneliti kualitas matan hadis menjadi sebuah keharusan,
karena kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya. Menurut
ulama hadis, suatu hadis barulah dinyatakan berkualitas shahih (dalam hal ini s}ah}ih}
liz|atih) apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama berkualitas shahih.[10]
Oleh karena itu, seorang peneliti hadis hendaknya memperhatikan unsur-unsur
yang harus dipenuhi untuk suatu matan yang berkualitas shahih, yaitu terhindar
dari syuz|uz| (kejanggalan) dan ‘illah (cacat).
Untuk itu, para ulama kemudian merumuskan kriteria hadis
yang shahih atau maqbul. Menurut al-Khatib al-Bagdadi, sebagaimana yang dikutip
oleh M. Syuhudi Ismail, kriteria tersebut antara lain:
1.
Tidak
bertentangan dengan nash yang lebih kuat, yaitu al-Quran dan hadis mutawatir.
2.
Tidak
bertentangan dengan akal sehat.[11]
Dengan menggunakan tolak ukur dari hadis maqbul di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa hadis yang diteliti adalah hadis shahih dari segi
matan, dengan alasan :
a.
Bahwa hadis
ini menjadikan sebuah pohon sebagai permisalan bagi orang muslim. Di dalam al-Quran,
Allah memberikan
permisalan kalimat t}oyyibah dengan pohon.
Allah swt. berfirman:
öNs9r& ts? y#øx. z>uÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ
Terjemahnya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[12] seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim : 24)
b.
Matan hadis
ini tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena permisalan pohon kurma bagai
orang muslim merupakan suatu hal yang tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa
sifat-sifat istimewa pohon kurma terdapat kesamaan dengan sifat/jiwa orang
muslim.
Dari hasil penelitian terhadap sanad dan matan hadis di
atas, maka penulis berkesimpulan bahwa hadis ini sahih dan bisa dijadikan
hujjah, karena sanadnya sahih dan matannya terbebas dari syaz} dan ‘illah.
A. SYARAH HADIS
1. Syarah Mufradad (Kosakata) Hadis
a.
إِنَّ
مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ : Terdapat
persamaan dan penyerupaan seorang muslim dengan pohon yang tidak gugur daunnya,
yaitu pohon kurma.
b.
فَوَقَعَ
النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي : Akal
pikiran mereka menerawang kepada pepohonan di wadhi. Setiap orang
menafsirkannya dengan salah satu jenis pepohonan tersebut, namun lupa dengan
pohon kurma.
c.
الْبَوَادِي
: bentuk jamak dari Badiyah yang bermakna dataran luas yang ada
padanya tumbuhan dan air.
d.
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ : Abdullah ini adalah Abdullah bin Umar, sahabat yang
meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah.
e. فَاسْتَحْيَيْتُ : sebab
malu beliau, karena paling kecil dari para sahabat yang hadir waktu itu,
sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Bukhari di kitab Al Ath’imah: “Aku
adalah orang kesepuluh dan aku yang paling kecil.”
f. هِيَ النَّخْلَة: pohon kurma.
Tentulah pohon ini memiliki keistimewaan sehingga dijadikan sebagai permisalan
bagi seorang muslim. Tidak hanya ini saja bahkan Allah memberikan permisalan
kalimat thoyibah dengan pohon ini dalam firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ
اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Terjemahnya:
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24-25)
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ
مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
Sebagai isyarat dari
beliau bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu adalah pohon kurma.
Memang telah ada riwayat yang tegas dari hadits
yang dikeluarkan oleh Al Bazaar dari jalan periwayatan Musa bin ‘Uqbah dari
Naafi’ dari Ibnu Umar, beliau menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca ayat ini dan bersabda: “Apakah kalian tahu pohon apakah itu?” Ibnu Umar
menyatakan: “Jelas itu adalah pohon kurma, namun usiaku yang kecil menahanku
untuk berbicara.” Lalu Rasulullah berkata: “ia
adalah pohon Kurma.” (Fathul
Baariiy)
Dengan demikian, Pohon yang baik di sini ditafsirkan dengan pohon kurma dan
ini adalah pendapat banyak ulama salaf, di antaranya: Ibnu Abbas, Mujahid,
Masruq, Ikrimah, Ad Dhohaak, Qatadah dan Ibnu Zaid. (Lihat makalah Syaikh
Abdirrozzaaq Al ‘Abaad dalam Majalah
Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal 205).
Pendapat ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibbaan dari jalan periwayatan
Abdul Aziz bin Muslim dari Abdullah bin Dinaar dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah
bersabda:
مَنْ يُخْبِرُنِيْ عَنْ شَجَرَةٍ
مِثْلُهَا مِثْلُ الْمُؤْمِنِ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِيْ السَّمَاءِ
Terjemahnya:
“Siapakah
yang dapat menyebutkan kepadaku satu pohon yang menyerupai seorang mukmin,
pokok batangnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit?”. (Dibawakan Ibnu Hajar dalam Fathul Baariy 1/147)
Semua ini menunjukkan pohon kurma memiliki keutamaan, ketinggian
dan keistimewaan. Semua ini telah ditunjukkan dalam ayat di atas. Namun
cukuplah dengan dijadikan sebagai permisalan seorang muslim menunjukkan
ketinggian dan keistimewaannya.
2. Syarah Hadis
Nabi saw. dalam hadits
ini memberikan permisalan dan menyerupakan seorang muslim dengan pohon kurma. Tentunya hal ini menunjukkan
adanya sisi kesamaan antara keduanya. Di antara sisi kesamaan muslim
dengan pohon kurma adalah (sisi kesamaan ini diambil dan disadur dari
makalah yang berjudul Taammulaat
Fi Mumatsalatul Mukmin Bin Nahlah, tulisan Syeikh DR. Abdurrozaq bin Abdil Muhsin Al
‘Abbaad dalam majalah Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal
209-221. dengan penambahan dan pengurangan)[13]:
1.
Pohon kurma
mesti memiliki akar, pangkal batang, cabang, daun dan buah, demikian juga pohon
keimanan, memiliki pokok, cabang dan buah. Pokok imam adalah rukun iman yang
enam dan cabangnya adalah amalan saleh dan aneka ragam ketaatan dan ibadah.
Sedangkan buahnya adalah semua kebaikan dan kebahagiaan yang didapatkan seorang
mukmin di dunia dan akhirat.
Imam Ahmad berkata: “perumpamaan
iman seperti pohon, karena pokoknya adalah syahadatain, batang dan daunnya demikian
juga. Sedangkan buahnya adalah sikap wara’ (hati-hati). Tidak ada kebaikan pada
pohon yang tidak berbuah dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya
sifat wara.’” (As-Sunnah
karya Abdullah bin Ahmad, 1/316)
Imam Al Baghawiy menyatakan:
“Hikmah dari penyerupaan iman dengan pohon adalah pepohonan tidak dikatakan
sebagai pohon (yang baik) kecuali memiliki tiga hal. Memiliki akar yang kuat,
batang yang kokoh dan cabang yang tinggi. Demikian juga iman, tidak sempurna
iman kecuali dengan tiga hal, yaitu pembenaran hati, ucapan lisan dan amalan
anggota tubuh.” (Tafsir
Al Baghowi, 3/33)
2.
Pohon kurma tidak akan bertahan hidup kecuali
dengan disiram dan dipelihara. Disiram dengan air, jika tidak maka akan kering
dan jika ditebang maka mati. Demikian juga seorang mukmin tidak dapat hidup
yang hakiki dan istiqomah kecuali dengan siraman wahyu. Oleh karena itulah
Allah menamakan wahyu dengan ruh dalam firman-Nya:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا
مَاكُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا
نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan
kepadamu ruh/ wahyu (al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman
itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syuuro: 52)
Karena kehidupan hakiki bagi
hati tidak ada tanpa wahyu. Sehingga tanpa wahyu manusia dikatakan mayit
walaupun bergerak di antara manusia. Allah ta’ala
berfirman:
أَوَمَنْ كَانَ
مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ
كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ
لِلْكَافِرِينَ مَاكاَنُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apakah orang yang sudah
mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang,
yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya.” (QS.
Al-An-’aam:122)
Di sini jelas sekali sisi
persamaannya. Pohon kurma hanya hidup dengan disiram air dan hati seorang
mukmin hanya hidup dengan siraman wahyu.
3.
Pohon kurma sangat kokoh, sebagaimana firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24-25)
Demikian juga iman jika telah
mengakar di dalam hati, maka menjadi sangat kokoh dan tidak goyah sedikitpun,
seperti kokohnya gunung yang besar menjulang. Imam Al Auzaa’iy ditanya tentang
iman, apakah bertambah? Beliau menjawab: “Ya, sampai membesar seperti gunung.”
Ditanya lagi, apakah berkurang? Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak sisa sedikit
pun.” (Diriwayatkan oleh Al-La>lika>’iy dalam Syarah Ushul I’tiqad
5/959)
4.
Pohon kurma tidak dapat tumbuh di sembarang tanah,
bahkan hanya tumbuh di tanah tertentu yang subur saja. Pohon kurma di sebagian
tempat tidak tumbuh sama sekali, di sebagian lainnya tumbuh namun tak berbuah
dan di sebagian lain tumbuh berbuah tapi sedikit buahnya. Sehingga tidak semua
tanah cocok untuk pohon kurma. Demikian juga iman, ia tidak kokoh pada semua
hati. Dia hanya akan kokoh pada hati orang yang Allah berikan hidayah dan
lapang dada menerimanya. Sehingga pantaslah bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ
كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ
قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ
مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ
فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا
هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ
فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ
يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan petunjuk dan ilmu
yang aku dapatkan dari Allah adalah seperti permisalan air hujan yang deras
menimpa bumi. Ada di antara tanah bumi itu Naqiyah, menerima air lalu
menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada juga ajaadib, menampung air
lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia. Mereka minum, mengambil dan
bercocok tanam. Air hujan ini juga menimpa sejenis tanah lain yaitu Qii’aan
yang tidak menerima air dan tidak menumbuhkan rerumputan. Demikian itulah
permisalan orang yang berilmu (faqih) dalam agama dan mengambil manfaat
darinya. Ia mengetahui dan mengajarkannya dan permisalan orang yang tidak
menganggapnya sama sekali dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5.
Pohon kurma tidak dapat bercampur dengan tumbuhan
pengganggu dan tumbuhan asing yang bukan jenisnya. Mereka ini dapat mengganggu
dan melemahkan pertumbuhannya serta mengganggunya dalam menyerap air. Oleh
karena itu diperlukan perawatan khusus dan selektif dari pemiliknya. Demikian
juga seorang mukmin, mesti mendapatkan hal-hal yang dapat melemahkan iman dan
keyakinannya. Juga mendapatkan perkara yang dapat mendesak iman dari hatinya.
Oleh karena itu diperlukan introspeksi (muhasabah) dalam setiap waktu dan
bersungguh-sungguh menjaganya. Juga berusaha selalu menghilangkan segala
sesuatu yang mengotorinya, seperti was-was, mengikuti hawa nafsunya dan
lain-lainnya. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (QS.
Ankabut: 69)
6.
Pohon kurma memberikan hasilnya setiap waktu,
sebagaimana firman Allah :
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ
بِإِذْنِ رَبِّهَا
“Pohon itu memberikan buahnya
pada setiap waktu dengan seizin Rabbnya.” (QS. Ibrahim: 25)
Ibnu Jarir Ath Thobary
menyatakan dalam tafsir ayat ini: “Pendapat yang rojih
menurutku adalah pendapat yang menyatakan, makna كُلَّ حِين dalam ayat ini adalah pagi dan
sore, setiap saat, karena Allah menjadikan hasil pohon ini setiap saat dari
buahnya untuk perumpamaan amalan dan perkataan seorang mukmin. Padahal sudah
pasti amalan dan perkataan basik seorang mukmin diangkat kepada Allah setiap
hari, bukan setiap setahun atau setengah tahun atau dua bulan sekali. Jika
demikian, maka jelaslah kebenaran pendapat ini. Jika ada yang bertanya: “Pohon
kurma mana yang menghasilkan buah setiap saat buah yang dimakan pada musim
panas dan dingin? Jawabnya: adapun di musim dingin, maka Thol’ (mayang kurma)
adalah buahnya dan di musim panas, maka balkh, busr, Ruthab dan kurma adalah buahnya. Jadi
semuanya adalah buahnya.” (Tafsir
Thobary, 8/210)
7.
Pohon kurma memiliki barakah dalam semua bagiannya.
Semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Demikian juga seorang mukmin, sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
قَالَ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
جُلُوسٌ إِذَا أُتِيَ بِجُمَّارِ نَخْلَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ
فَظَنَنْتُ أَنَّهُ يَعْنِي النَّخْلَةَ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ عَشَرَةٍ أَنَا
أَحْدَثُهُمْ فَسَكَتُّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
هِيَ النَّخْلَةُ
“Dari Abdullah bin umar beliau
berkata: “Ketika kamu duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tiba-tiba diberikan jamaar
(jantung kurma). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata: ‘Sesungguhnya
terdapat satu pohon, barakahnya seperti barakah seorang muslim’. Lalu aku
menerka itu adalah pohon kurma lalu ingin aku sampaikan dia adalah pohon kurma,
wahai Rasulullah. Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang kesepuluh dan
paling kecil, lalu aku diam. Rasulullah berkata: ‘Ia adalah pohon kurma.’”
(diriwayatkan oleh Bukhari dalam shohihnya, 3/444)
Ibnu Hajar berkata: “Barokah
pohon kurma ada pada semua bagiannya,
senantiasa ada dalam setiap keadaannya. Dari mulai tumbuh sampai kering,
dimakan semua jenis buahnya, kemudian setelah itu seluruh bagian pohon ini
dapat diambil manfaatnya sampai-sampai bijinya digunakan sebagai makanan
ternak. Demikian juga serabutnya dapat dijadikan sebagai tali serta yang
lainnya pun demikian.
Hal ini sudah jelas. Demikian juga barokah seorang muslim meliputi seluruh
keadaannya. Juga manfaatnya terus menerus ada untuknya dan untuk orang lain
sampai setelah matinyapun.” (Fathul
Bari 1/145-146)
B. FAEDAH YANG DIAMBIL DARI HADITS
·
Orang
yang diberi teka-teki hendaknya memperhatikan indikator yang menunjukkan
jawabannya.
·
Ujian
seorang alim terhadap santrinya tentang sesuatu yang belum jelas dan
menjelaskannya jika mereka belum paham.
·
Dhorbul
Amtsal dan asybah (membuat contoh) untuk menambah
pemahaman.
·
Tanya
jawab.
·
Penggambaran
makna untuk mengokohkan pemahaman.
·
Tasybih
sesuatu dengan sesuatu tidak mesti harus sama dalam setiap sisi.
·
Imam
memberikan permasalahan kepada anak buahnya untuk menguji ilmu yang dimiliki
mereka. (Bukhari).
·
Ulama
besar terkadang tidak tahu sesuatu yang diketahui orang yang di bawahnya,
karena ilmu
itu pemberian Allah.
·
Malu
dianggap baik selama tidak melepas maslahat yang ada.
·
Tauqiir
(menghormati) orang yang lebih tua.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai
hadis di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hadis di
atas bila ditinjau baik dari segi sanad maupun matannnya adalah termasuk hadis
sahih dan dapat dijadikan hujjah karena tidak bertentangan dengan al-Quran dan
akal sehat.
2.
Kandungan
hadis tersebut yaitu terdapat persamaan dan penyerupaan seorang muslim dengan
pohon yang tidak gugur daunnya, yaitu pohon kurma. Diantara
persamaannya yaitu kekokohan pohon kurama sehingga daunnya tidak gugur dengan
kokohnya iman seorang muslim yang telah tertanam dan mengakar kuat di jiwa
seorang muslim, laksana akar pohon kurma.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
al-Karim
Ibnu Hajar
al-Asqala>ni. Tahzib al-Tahzib. Dar al-Fikr. Beirut. 1984.
Ismail, M.
Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. PT. Bulan Bintang: Jakarta,
2007.
Al-Maktaba
al-Sya>milah
[12] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah
kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari
kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti la> ila> ha illalla>h.
[13] Diambil
dari : http://muslim.or.id/hadits/mukmin-dan-pohon-kurma-1.html,
pada tanggal 11 Desember 2012